Pada
saat ini, gedung pencakar langit, jalanan macet dipadati oleh ratusan ribu
kendaraan, dan mal-mal raksasa telah menjadi pusat kebudayaan Jakarta, yang
notabene merupakan kota terbesar ke-4 di dunia. Terjepit di antara gedung
tinggi, terhampar perkampungan di mana bermukim sebagian besar penduduk Jakarta
yang tidak memiliki akses sanitasi dasar, air bersih atau pengelolaan limbah.
Di
saat hampir semua kota-kota utama lain di Asia Tenggara menginvestasikan dana besar-besaran
untuk transportasi publik, taman kota, taman bermain, trotoar besar, dan
lembaga kebudayaan seperti museum, gedung konser, dan pusat pameran, Jakarta
tumbuh secaraBRUTAL dengan berpihak hanya pada PEMILIK MODAL dan TIDAK PEDULI
akan nasib mayoritas penduduknya yang MISKIN.
Kebanyakan
penduduk Jakarta belum pernah pergi ke luar negeri, sehingga mereka tidak dapat
membandingkan kota Jakarta dengan Kuala Lumpur atau Singapura, Hanoi atau
Bangkok. Liputan dan statistik pembanding juga jarang ditampilkan oleh media
massa setempat. Meskipun bagi para wisatawan asing Jakarta merupakan NERAKA
DUNIA, media massa setempat menggambarkan Jakarta sebagai kota “modern”,
“kosmopolitan” , dan “metropolis” .
Para
pendatang/wisatawan seringkali terheran-heran dengan kondisi Jakarta yang tidak
memiliki taman rekreasi publik. Bangkok, yang tidak dikenal sebagai kota yang
ramah publik, masih memiliki beberapa taman yang menawan. Bahkan, Port Moresby,
ibukota Papua Nugini, yang miskin, terkenal akan taman bermain yang besar,
pantai dan jalan setapak di pinggir laut yang indah.
Di
Jakarta kita perlu biaya untuk segala sesuatu. Banyak LAHAN HIJAU diubah
menjadi LAPANGAN GOLF demi kepentingan orang kaya. Kawasan Monas seluas kurang
lebih 1 km persegi bisa jadi merupakan satu-satunya kawasan publik di kota
berpenduduk lebih dari 10 juta ini. Meskipun menyandang predikat kota maritim,
Jakarta telah terpisah dari laut dengan Ancol menjadi satu-satunya lokasi
rekreasi yang sebenarnya hanya berupa PANTAI KOTOR.
Bahkan
kalau mau jalan-jalan ke Ancol, satu keluarga dengan 4 orang anggota keluarga
harus mengeluarkan uang Rp 40.000 untuk tiket masuk, satu hal yang TAK MASUK
AKAL di belahan lain dunia. Beberapa taman publik kecil kondisinya menyedihkan
dan tidak aman.
Sama
sekali tidak ditemui TEMPAT pejalan kaki di seluruh penjuru kota (tempat
pejalan kaki yang dimaksud adalah sesuai dengan standar “internasional”).
Nyaris seluruh kota-kota di dunia (kecuali beberapa kota di AS, seperti Houston
dan LA) ramah terhadap pejalan kaki. Mobil seringkali tidak diperkenankan
berkeliaran di pusat kota . Trotoar yang lebar merupakan sarana transportasi
publik jarak pendek yang paling efisien, sehat, dan ramah lingkungan di daerah
yang padat penduduk.
Di
Jakarta, nyaris tidak dijumpai bangku untuk duduk dan rileks, tidak ada keran
air minum gratis atau toilet umum. Ini memang remeh, tapi sangat penting,
merupakan suatu detil yang menjadi simbol kehidupan perkotaan di bagian lain
dunia.
Sebagian
besar kota-kota dunia, ingin dikunjungi dan dikenang akan
kebudayaannya.SINGAPURA sedang berupaya mengubah citra kota belanjanya menjadi
jantung kesenian Asia Tenggara. Esplanade Theatre yang monumental telah
mengubah wajah kota Singapura, dimana ia menawarkan konser musik klasik, balet,
dan opera internasional kelas satu, di samping pertunjukan artis kontemporer
kawasan. Banyak pertunjukan yang disubsidi dan seringkali gratis atau murah,
bila dibandingkan dengan pendapatan warga kota yang relatif tinggi
Kuala
Lumpu, MALAYSIA menghabiskan $100 juta untuk membangun balai konserphilharmonic
yang terletak persis di bawah Petronas Tower, salah satu gedung tertinggi di
dunia. Balai konser prestisius dan impresif ini mempertunjukkan grup orkestra
lokal dan internasional. Kuala Lumpur juga sedang menginvestasikan beberapa
juta dolar untukmemugar museum dan galeri, dari Museum Nasional hingga Galeri
Seni Nasional.
Hanoi,
VIETNAM bangga akan budaya dan seninya, yang dipromosikan guna menarik jutaan
turis untuk mengunjungi galeri-galeri lukisan yang tak terhitung jumlahnya, di
mana lukisan tersebut merupakan salah satu yang terbaik di Asia Tenggara.
Gedung Operanya yang dipugar secara reguler mempertunjukkan pagelaran musik
Asia dan Barat.
Candi-candi
dan istana kolosal di Bangkok, THAILAND eksis berdampingan dengan teater dan
festival film internasional, klub jazz yang tak terhitung jumlahnya, dan juga
pilihan kuliner otentik dari segala penjuru dunia. Kalau bicara musik dan
kehidupan malam, tak ada kota di Asia Tenggara yang semeriah Manila .
Nah,
sekarang balik ke Jakarta, INDONESIA . Siapapun yang bernah berkunjung
ke “perpustakaan umum” atau gedung Arsip Nasional pasti tahu bedanya. Tak
heran, dalam pendidikan Indonesia, BUDAYA DAN SENI dianggap “TIDAK
MENGUNTUNGKAN” (kecuali musik pop), sehingga menjadi tidak relevan. Indonesia
merupakan negara denganANGGARAN PENDIDIKAN TERENDAH nomor 3 di dunia (menurut
The Economist, hanya 1,2% dari PDB) setelah Guyana Khatulistiwa dan Ekuador (di
kedua negara tersebut keadaan sekarang berkembang cepat berkat pemerintahan
baru yang progresif)
Museum
di Jakarta berada dalam kondisi memprihatinkan, sama sekali tidak menawarkan
eksibisi internasional. Museum tersebut terlihat seperti berasal dari zaman
baheula dan tak heran kalau Belanda yang membangun semuanya. Tidak hanya
koleksinya yang tak terawat, tapi juga ketiadaan unsur-unsur modern seperti
kafe, toko cinderamata, toko buku atau perpustakaan publik. Kelihatannya
manajemen museum tidak punya visi atau kreativitas. Bahkan, meskipun mereka
punya visi atau kreativitas, pasti akan terkendala dengan ketiadaan dana.
Sepertinya
Jakarta TIDAK PUNYA perencana kota, hanya ada pengembang swasta yang tidak
punya respek atau kepedulian akan mayoritas penduduk yang miskin (mayoritas
besar, tak peduli apa yang dikatakan oleh data statistik yang seringkali
DIMANIPULASI pemerintah). Kota Jakarta praktis menyerahkan dirinya ke sektor
swasta, yang kini nyaris mengendalikan semua hal, mulai dari perumahan hingga
ke area publik.
Sedangkan
beberapa dekade yang lalu di Singapura, dan baru-baru ini di Kuala Lumpur,
mereka berhasil menghilangkan total perkampungan kumuh dari wilayah kota,
namunJakarta tidak mampu atau tidak mau memberikan warganya perumahan
bersubsidi dengan harga terjangkau yang dilengkapi dengan air ledeng, listrik,
sistem pembuangan limbah, taman bermain, trotoar dan sistem transportasi
massal.
Selain
Singapura, Kuala Lumpur dengan berpenduduk hanya 2 juta jiwa memiliki satu
jalur Metro (Putra Line), satu monorail, beberapa jalur LRT Star yang efisien,
dan jaringan kereta api kecepatan tinggi yang menghubungkan kota dengan ibu
kota baru Putrajaya. Sistem “Rapid” memiliki ratusan bus modern, bersih, dan
ber-AC. Tarifnya disubsidi, tiket bus Rapid hanya sekitar 2 Ringgit (kurang
lebih Rp 4.600,00) untuk penggunaan tak terbatas sepanjang hari di jalur yang
sama. Tiket abonemen bulanan dan harian yang sangat murah juga tersedia.
Bangkok
menunjuk kontraktor Siemens dari Jerman untuk membangun 2 jalur panjang “Sky
Train” dan satu jalur metro. Bangkok juga memanfaatkan sungai dan kanal sebagai
transportasi publik dan objek wisata. Pemerintahan kota Bangkok juga mengklaim
bahwa mereka sedang membangun jalur tambahan sepanjang 80 km untuk sistem
tersebut guna meyakinkan penduduk untuk meninggalkan mobil mereka di rumah dan
memanfaatkan transportasi umum. Bus-bus kuno yang berpolusi sudah sepenuhnya
dilarang beroperasi di Hanoi , Singapura, Kualalumpur, dan Bangkok.
Jakarta?
Berkat korupsi dan pejabat pemerintahan yang tak kompeten, Jakarta tenggelam
dalam kondisi yang berkebalikan dengan kota-kota tersebut.
Mercer
Human Resource Consulting, dalam laporannya tentang kualitas hidup, menempatkan
Jakarta di posisi setara dengan kota-kota miskin di Afrika dan Asia Selatan,
bahkan di bawah kota Nairobi dan Medellin
Walaupun
Jakarta menjadi salah satu ibukota terburuk di dunia, hidup di sana tidaklah
murah. Menurut Survey Mercer Human Resource Consulting tahun 2006, Jakarta
menduduki peringkat 48 kota termahal di dunia untuk ekspatriat, jauh di atas
Berlin (peringkat 72), Melbourne (74) dan Washington DC (83). Nah, kalau untuk
ekspatriat saja mahal, apalagi buat penduduk lokal yang pendapatan per kapita
DI BAWAH $1000??
Anehnya,
orang Jakarta diam seribu bahasa. Mereka pasrah akan kualitas udara yang jelek,
terbiasa dengan pemandangan pengemis di perempatan jalan, dengan kampung kumuh
di bawah jalan layang dan di pinggir sungai yang kotor dan penuh limbah
beracun, dengan kemacetan berjam-jam, dengan banjir dan tikus.
Kalau
saja ada sedikit harapan, kebenaran pasti akan terucap, dan semakin cepat
semakin baik. Hanya diagnosis kejam dan realistis yang bisa mengarah pada obat.
Betapapun pahitnya kebenaran, tetap saja lebih baik ketimbang dusta dan
penipuan. Jakarta telah tertinggal jauh di belakang ibukota lain negara
tetangga dalam hal estetika, pemukiman, kebudayaan, transportasi, dan kualitas
dan higiene makanan. Sekarang Jakarta telah kehilangan kebanggaan dan mesti
belajar dari Kuala Lumpur, Singapura, Brisbane, dan bahkan dalam beberapa hal
dari tetangganya yang lebih miskin seperti Port Moresby, Manila, dan Hanoi.
Data
statistik harus transparan dan tersedia luas. Warga harus belajar bertanya dan
bagaimana untuk memperoleh jawaban dan akuntabilitas. Hanya kalau mereka
memahami seberapa dalamnya kota mereka telah terperosok, maka barulah ada
harapan. “Kita harus berhati-hati” kata produser film Malaysia dalam perayaan
tahun baru di Kualalumpur. ” Malaysia punya banyak masalah. Kalau kita tidak
hati-hati, dalam 20-30 tahun Kuala Lumpur akan bernasib sama seperti Jakarta!”
Dapatkah
pernyataan ini dibalik? Mampukah Jakarta menemukan kekuatan dan solidaritas
untuk mobilisasi sehingga dapat menyaingi Kuala Lumpur? Mampukah kecukupan
mengatasi keserakahan? Dapatkah korupsi diberantas dan diganti dengan
kreatifitas? Akankah ukuran vila pribadi mengecil, dan kawasan hijau, perumahan
publik, taman bermain, perpustakaan,
sekolah dan rumah sakit berkembang pesat?
sekolah dan rumah sakit berkembang pesat?
Orang
luar seperti saya hanya dapat mengamati, bercerita, dan bertanya. Dan hanya
masyarakat Jakarta yang punya jawaban dan solusinya
JELEK NIH POSTINGAN NYA COPAS SEMUA..GEMBEL
BalasHapus