BAB V KEMISKINAN DAN KESENJANGAN
Definisi kemiskinan
Definisi tentang kemiskinan telah mengalami
perluasan, seiring dengan semakin kompleksnya faktor penyebab, indikator maupun
permasalahan lain yang melingkupinya. Kemiskinan tidak lagi hanya dianggap
sebagai dimensi ekonomi melainkan telah meluas hingga kedimensi sosial,
kesehatan, pendidikan dan politik. Menurut Badan Pusat Statistik, kemiskinan
adalah ketidakmampuan memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi
kebutuhan makan maupun non makan. Definisi dibuat tergantung dari latar
belakang dan tujuan, juga tergantung dari sudut mana definisi tersebut
ditinjaunya, untuk kepentingan apa definisi tersebut dibuat. Biasanya
definisi-definisi tersebut akan saling melengkapi antara yang satu dengan yang
lainnya.
Definisi kemiskinan dilihat dari beberapa segi :
1. Dilihat
dari standar kebutuhan hidup yang layak / pemenuhan kebutuhan pokok.
Golongan
ini mengatakan bahwa kemiskinan itu adalah tidak terpenuhnya
kebutuhan-kebutuhan pokok/dasar disebabkan karena adanya kekurangan
barang-barang dan pelayanan –pelayanannya yang dibutuhkan untuk memenuhi
standar kebutuhan yang layak.
Ini
merupakan kemiskinan absolut/mutlak yakni tidak terpenuhinya standar kebutuhan
pokok/dasar.
2. Dilihat
dari segi pendapatan/ penhasilan income
Kemiskinan
oleh gonlongan dilukiskan sebagai kurangya pendapatan/penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang pokok.
3. Dilihat dari segi kesempatan / Opportunity
Kemiskinan
adalah karena ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasikan (meraih) basis
kekuasaan sosial meliputi :
a. Keterampilan
yang memadai.
b. Informasi/pengetahuan
– pengetahuan yang berguna bagi kemajuan hidup.
c. Jaringan-jaringan
sosial ( Social Network ).
d. Organisasi-organisasi
sosial dan politik.
e. Sumber-sumber
modal yang diperlukan bagi peningkatan pengembangan kehidupan.
4. Dilihat
dari segi keadaan / kondisi
Kemiskinan
sebagai suatu kondisi / keadaan yang bisa dicirikan dengan :
a. Kelaparan/kekurangan
makan dan gizi.
b. Pakaian
dan perumahan yang tidak memadai.
c. Tingkat
pendidikan yang rendah.
d. Sangat
sedikitnya kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang pokok.
5. Dilihat
dari segi penguasaan terhadap sumber-sumber
Menurut
golongan ini kemiskinan merupakan keterlantaran yang disebabkan oleh penyebaran
yang tidak merata dan sumber-sumber ( Malldistribution of Resources), termasuk
didalamnya pendapatan / income.
6. Kemiskinan
menurut Drewnowski
Drewnowski
( Epi Supiadi:2003) mencoba menggunakan indikator-indikator sosial untuk
mengukur tingka-tingkat kehidupan ( The Level of Living Index ). Menurutnya
terdapat tiga tingkatan kebutuhan untuk menentukan tingkat kehidupan seseorang
:
a. Kehidupan
fisik dasar ( Basic Fisical Needs ), yang meliputi gizi/nutrisi,
perlindungan/perumahan ( Shelter/housing ) dan kesehatan.
b. Kebutuhan
budaya dasar ( Basic Cultural Needs), yang meliputi pendidikan,penggunaan waktu
luang dan rekreasi dan jaminan sosial (Social Security).
c. High
income, yang meliputi pendapatan yang surplus atau melebihi takarannya.
Definisi kemiskinan dilihat dari beberapa konsep adalah :
1. BAPPENAS
Tidak mampu
memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang
bermartabat.
2. BPS
Bilamana
jumlah rupiah yang dikeluarkan atau dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi kurang dari 2.100 kalori perkapita.
3. Bank
Dunia
Tidak
tercapainya kehidupan yang layak dengan penghasilan 1,00 dolar AS perhari .
4. BKKBN
keluarga miskin jika :
a. Tidak
dapat melaksanakan ibadah menurut keyakinannya.
b. Tidak
mampu makan sehari dua kali.
c. Tidak
memiliki pakaian berbeda untuk dirumah,bekerja atau sekolah dan berpergian.
d. Tidak
bagian terluas dari rumahnya berlantai tanah.
e. Mampu
membawa anggota keluarga sarana kesehatan.
5. WB
( 2001) kemiskinan adalah suatu kondisi terjadinya kekurangan pada taraf hidup
manusia baik fisik atau sosial.
Dari
berbagai sudut pandang tentang pengertian kemiskinan ,pada dasarnya bentuk
kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi tiga pengertian, yaitu :
·
Kemiskinan Absolut
Kemiskinan
Absolut adalah sejumlah penduduk yang tidak mampu mendapatkan sumber daya yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar.
·
Kemiskinan Relatif
Seseorang
yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup diatas garis kemiskinan
namun masih berada dibawah kemampuan masyarakat disekitarnya.
·
Kemiskinan Kultural
Kemiskinan
Kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang
tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari
pihak lain yang membantunya.
Ketimpangan
pendapatan yang terjadi di Indonesia sangat terlihat jelas, dari istilah yang
kayak semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Hal ini sangat berdampak
pada pendapatan tersebut tidak cukup hanya bicara mengenai subsidi modal
terhadap kelompok miskin maupun peningkatan pendidikan ( ketrampilan ) tenaga
kerja di Indonesia. Lebih penting dari itu ,persoalan yang terjadinya
sesungguhnya adalah akibat kebijakan pembangunan ekonomi yang kurang tepat dan
bersifat struktural. Maksudnya kebijakan masa lalu yang begitu menyokong sektor
industri dengan mengorbankan sektor lainnya patut direvisi karena telah
mendorong munculnya ketimpangan sektoral yang berujung kepada kesenjangan
pendapatan. Dari perspektif ini agenda mendesak bagi Indonesia adalah
memikirkan kembali secara serius model pembangunan ekonomi yang secara serius
model pembangunan ekonomi yang secara serentak bisa memajukan semua sektor
dengan melibatkan seluruh rakyat sebagai partisipan. Sebagian besar ekonom
meyakini bahwa strategi pembangunan itu adalah modernisasi pertanian dengan
melibatkan sektor industri sebagai unit pengolahnya.
Ketimpangan
atau kesenjangan pendapatan adalah menggambarkan distribusi pendapatan
masyarakat di suatu daerah atau wilayah pada waktu tertentu. Kaitan kemiskinan
dengan ketimpangan pendapatan ada beberapa pola yaitu :
·
Semua anggota masyarakat mempunyai income tinggi ( tak ada
miskin) tetapi ketimpangan pendapatannya tinggi.
·
Semua anggota masyarakat mempunyai income tinggi ( tak ada
miskin) tetapi ketimpangan pendapatannya rendah ( ini yang paling baik).
·
Semua anggota masyarakat mempunyai income rendah ( semuanya
miskin) tetapi ketimpangan pendapatannya tinggi.
·
Semua anggota masyarakat mempunyai income yang rendah
(semuanya miskin) tetapi ketimpangan pendapatannya rendah.
·
Tingkat income masyaraka bervariasi ( sebagian
miskin,sebagian tidak miskin)tetapi ketimpangan pendapatannya tinggi.
·
Tingkat income masyarakat bervariasi (sebagian miskin,
sebagian tidak miskin)tetapi ketimpangan
pendapatannya rendah.
Untuk
menuju solusi kemiskinan penting bagi kita untuk menelusuri secara detail
indikator kemiskinan tersebut. Adapun indikator – indikator kemiskinan
sebagaimana dikutip dari Badan Pusat Statistik, antara lain sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan dasar ( sandang,pangan, papan ).
2. Tidak
adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya ( kesehaatan, pendidikan,
sanitasi, air bersih dan transportasi ).
3. Tidak
adanya jaminan masa depan ( karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan
keluarga ).
4. Kerentangan
terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.
5. Rendahnya
kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya alam.
6. Kuranganya
apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
7. Tidak
adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.
8. Ketidakmampuan
untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
9. Ketidakmampuan
dan ketidaktergantungan sosial ( anak-anak terlantar, wanita korban kekerasan
rumah tangga,janda miskin,kelompok marginal dan terpencil ).
Adapun indikator – indikator kesenjangan pendapatan
antara lain sebagai beikut :
1.
UMR yang ditentukan pemerintah antara pegawai swasta dan pegawai Pemerintah
yang berbeda.
2.
PNS ( golongan atas ) lebih sejahtera dibandingkan petani.
3.
Pertanian kalah jauh dalam menyuplai Produk Domestik Bruto ( PDB ) yang
hanya sekitar 9.3 % di tahun 2011, padahal Indonesia merupakan Negara agraris.
Faktor - faktor Penyebab Kemiskinan
Yang
menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yaitu :
1.
Kemiskinan alamiah.
Kemiskinan
alamiah terjadi akibat sumber daya alam yang terbatas,penggunaan teknologi yang
rendah,dan bencana alam.
2.
Kemiskinan buatan.
Kemiskinan
ini terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian
anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas
lain yang tersedia hingga mereka tetap miskin.
Selain
itu,penyebab kemiskinan di negara Indonesia adalah :
a.
Laju Pertumbuhan Penduduk.
Pertumbuhan
penduduk Indonesia terus menigkat di setiap 10 tahun menurut hasil sensus
penduduk.
Meningkatnya
jumlah penduduk membuat Indonesia semakin terpuruk dengan keadaan ekonomi yang
belum mapan. Jumlah penduduk yang bekerja tidak sebanding dengan jumlah beban
ketergantungan. Penghasilan yang minim ditambah dengan banyaknya beban
ketergantungan yang harud ditanggung membuat penduduk hidup di bawah garis
kemiskinan.
b.
Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran.
Secara
garis besar penduduk suatu negara dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan
bukan tenaga kerja. Yang tergolong tenaga kerja ialah penduduk yang berumur
didalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda disetiap negara yang
satu dengan yang lain. Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia ialah
minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Jadi setiap orang atau semua
penduduk kesenjangan dikatakan lunak,distribusi pendapatan nasional dikatakan
cukup merata.
c.
Tingkat pendidikan yang rendah.
Rendahnya
kualitas penduduk juga merupakan salah satu penyebab kemiskinan di suatu
negara. Ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat
pengetahuan tenaga kerja. Untuk adanya perkembangan ekonomi terutama industry,
jelas sekali dibutuhkan lebih banyak tenaga kerja yang mempunyai skill atau
paling tidak dapat membaca dan menulis.
d.
Kurangnya perhatian dari pemerintah.
Pemerintah
yang kurang peka terhadap laju pertumbuhan masyarakat miskin dapat menjadi
salah satu faktor kemiskinan. Pemerintah tidak dapat memutuskan kebijakan yang
mampu mengendalikan tingkat kemiskinan di negaranya. Faktor lain yang masih memperlambat
pencapaian penurunan kemiskinan sebagai berikut :
1.Belum
meratanya program pembangunan,khususnya di pedesaan,luar Pulau Jawa,daerah
terpencil,dan daerah perbatasan. Sekitar 63.5% penduduk miskin hidup di daerah
pedesaan. Kemiskinan diluar Pulau Jawa
termasuk Nusa Tenggara, Maluku dan Papua juga lebih tinggi dibandingkan di Pulau
Jawa. Oleh karena itu, upaya penanganan kemiskinan seharusnya lebih difokuskan
di daerah-daerah tersebut.
2.Masih
terbatasnya akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar.
3.Masih
besarnya jumlah penduduk yang rentan untuk jatuh miskin,baik karena guncangan
ekonomi,bencana alam,dan juga akibat kurangnya akses terhadap pelayanan dasar
dan sosial.
4.Kondisi
kemiskinan sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga kebutuhan pokok. Sehubungan
dengan itu ,upaya penanggulangan kemiskinan melalui stabilitas harga kebutuhan
pokok harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu. Hal ini bertujuan agar
penanggulangan kemiskinan,baik di perdesaan maupun perkotaan dapat berjalan
secara efektif dan efisien.
Menurut Todaro (1997) menyatakan
bahwa variasi kemiskinan dinegara berkembang disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu:
(1) perbedaan geografis, jumlah penduduk dan
tingkat pendapatan,
(2) perbedaan sejarah, sebagian dijajah oleh
Negara yang berlainan,
(3) perbedaan
kekayaan sumber daya alam dan kualitas sumber daya manusianya
(4)
perbedaan peranan sektor swasta dan negara,
(5)
perbedaan struktur industri,
(6)
perbedaan derajat ketergantungan pada kekuatan ekonomi dan politik negara lain
(7) perbedaan pembagian kekuasaan, struktur
politik dan kelembagaan dalam negeri.
Tingginya
angka pengangguran disebabkan oleh tingginya tingkat pertumbuhan tenaga kerja
dan rendahnya investasi perkapita, dan tingginya pertumbuhan tenaga kerja
disebabkan oleh penurunan tingkat kematian dan rendahnya investasi perkapita
disebabkan oleh tingginya ketergantungan terhadap teknologi asing yang hemat
tenaga kerja. Selanjutnya rendahnya tingkat pendapatan berpengaruh terhadap
tingkat kesehatan, kesempatan pendidikan, pertumbuhan tenaga kerja dan
investasi perkapita.
Studi
empiris Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Departemen Pertanian (1995) yang
dilakukan pada tujuh belas propinsi di Indonesia, menyimpulkan bahwa ada enam
faktor utama penyebab kemiskinan, yaitu:
1.
Rendahnya kualitas sumber daya manusia, hal ini ditunjukkan dengan rendahnya
tingkat pendidikan, tingginya angka ketergantungan, rendahnya tingkat
kesehatan, kurangnya pekerjaan alternatif, rendahnya etos kerja, rendahnya
keterampilan dan besarnya jumlah anggota keluarga.
2.
Rendahnya sumber daya fisik, hal ini ditunjukkan oleh rendahnya kualitas dan
aset produksi serta modal kerja.
3.
Rendahnya penerapan teknologi, ditandai oleh rendahnya penggunaan input
mekanisasi pertanian.
4.
Rendahnya potensi wilayah yang ditandai dengan oleh rendahnya potensi fisik dan
infrastruktur wilayah.
5. Kurang tepatnya kebijaksanaan yang dikukan
oleh pemerintah dalam investasi dalam rangka pengentasan kemiskinan.
6.
Kurangnya peranan kelembagaan yang ada.
Menurut
Ginanjar (1996) ada 4 faktor penyebab kemiskinan, faktor-faktor tersebut antara
lain:
a. Rendahnya
taraf pendidikan
b. Rendahnya
taraf kesehatan.
c. Terbatasnya
lapangan kerja.
d. Kondisi
keterisolasian.
Kemiskinan
melekat pada diri penduduk miskin, mereka miskin karena tidak memiliki aset
produksi dan kemampuan untuk meningkatkan produktivitas. Mereka tidak memiliki
aset produksi karena mereka miskin, akibatnya mereka terjerat dalam lingkungan
kemiskinan tanpa ujung dan pangkal.
Pendapat
Ginanjar (1996) bahwa kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
a. Sumber daya alam yang rendah.
b. Teknologi dan unsur penduduknya yang
rendah.
c. Sumber daya manusia yang rendah.
d. Saran dan prasarana termasuk kelembagaan
yang belum baik.
World bank
( 2000) memberikan resep baru dalam memerangi kemiskinan dengan 3 pilar yaitu :
a) Pemberdayaan
yaitu proses peningkatan kapasitas penduduk miskin untuk mempengaruhi
lembaga-lembaga pemerintah yang mempengaruhi kehidupan mereka dengan memperkuat
partisipasi mereka dalam proses politik dan pengambilan keputusan tingkat
lokal.
b) Keamanan
yaitu proteksi bagi orang miskin terhadap goncangan yang merugikan melalui
manajemen yang lebih baik dalam menangani goncangan ekonomi makrodan jaringan
pengamanan yang lebih komprhensif.
c) Kesempatan
yaitu proses peningkatan askes kaum miskin terhadap modal fisik dan modal
manusia dan peningkatan tingkat pengembalian dari asset-asset tersebut.
ADB (1999)
menyatakan ada 3 pilar untuk mengentaskan kemiskinan yaitu :
a) Pertumbuhan
berkelanjutan yang prokemiskinan.
b) Pengembangan
sosial yang mencakup:Pengembangan SDM,modal sosial,perbaikan status perempuan,
dan perlindungan sosial.
d) Manajemen
ekonomi makro dan pemerintahan yang baik yang dibutuhkan untuk mencapai
keberhasilan.
e) Faktor
tambahan:
* Pembersihan polusi udara dan air kota-kota besar.
* Reboisasi hutan,penumbuhan SDM, dan perbaikan tanah.
Strategi oleh pemerintah
dalam mengentaskan kemiskinan adalah :
a). Jangka pendek yaitu
membangun sektor pertanian,usaha kecil dan ekonomi pedesaan.
b). Jangka menengah dan panjang mencakup :
* Pembangunan dan penguatan sektor swasta
* Kerjasama regional
* Manajemen APBN dan administrasi
* Desentralisasi
* Pendidikan dan kesehatan
* Penyediaan air bersih dan pembangunan perkotaan
* Pembagian tanah pertanian yang merata.
Kemiskinan
merupakan suatu fenomena yang sering ditemui, entah itu di negara maju atau pun
di negara berkembang seperti Indonesia. Banyaknya masalah kemiskinan di
Indonesia itu tentunya disebabkan oleh beberapa faktor pemicu. Dari faktor
pemicu inilah akan tercipta suatu dampak kemiskinan.
Dampak
dari kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan kompleks yaitu :
-
Pengangguran
Karena
tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan mererka tidak mampu memenuhi kebutuhan
pangannya. Secara otomatis pengangguran telah menurunkan daya saing dan beli
masyarakat. Sehingga,akan memberikan dampak secara langsung terhadap tingkat
pendapatan,nutrisi,dan tingakt pengeluaraan rata-rata.
-
Kekerasan
Sesungguhnya
kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini efek dari pengangguran. Karena seseorang
tidak mampu lagi mencari nafkah melalui jalan yang benar dan halal. Ketika
tidak ada lagi jaminan bagi seseorang dapat bertahan dan menjaga keberlangsungan
hidupnya maka jalan pintas pun dilakukan,seperti merampok,menodong,mencuri atau
menipu ( dengan cara mengintimidasi orang lain) didalam kendaraan umum.
-
Pendidikan
Tingkat
putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang terjadi dewasa ini.Mahalnya
biaya pendidikan membuat masyarakat miskin tidak dapat lagi menjangkau dunia
sekolah atau pendidikan. Mereka tidak dapat menjangkau dunia pendidikan yang
sangat mahal itu. Sebab mereka begitu miskin. Untuk makan satu kali sehari saja
mereka sudah kesulitan. Tingginya tingkat putus sekolah berdampak pada
rendahnya tingkat pendidikan seseorang. Dengan begitu akan mengurangi
kesempatan seseorang mendapatkan pekerjaan
yang lebih layak.
-
Kesehatan
Seperti
kita ketahui,biaya pengobatan sekarang sangat mahal. Hampir setiap klinik
pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar menerapkan tarif atau ongkos
pengobatan yang biayanya melangit. Sehingga ,biayanya tak terjangkau oleh kalangan
miskin.
-
Konflik sosial bernuasa SARA
Tanpa
bersikap munafik konflik SARA muncul akibat ketidakpuasan dan kekecewaan atas
kondisi miskin yang akut. Hal ini menjadi bukti lain dari kemiskinan yang kita
alami. M Yudhi Haryono menyebut akibat ketiadaan jaminan keadilan”keamanan” dan
perlindungan hukum dari negara,persoalan ekonomi-politik yang obyektif
disublimasikan ke dalam bentrokan identitas yang subjtektif.
Terlebih
lagi fenomena bencana alam yang kerap melanda negeri ini yang berdampak
langsung terhadap meningkatnya jumlah orang miskin. Kesemuanya menambah deret
panjang daftar kemiskinan. Dan, semuanya terjadi hampir merata di setiap daerah
di Indonesia ,baik di pedesaan maupun di perkotaan.
Pada
prinsipnya, pemerintah dalam program pembangunannya telah menjadikan kemiskinan
sebagai salah satu fokus utamanya. Program umum pemerintah sendiri adalah
program pembangunan yang berfokus pada pengentasan kemiskinan, peningkatan
pertumbuhan ekonomi dan perluasan lapangan kerja.
Banyak
kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk dapat mengatasi berbagai macam
masalah kemiskinan, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Kebijaksanaan
tidak langsung
Kebijaksanaan
tidak langsung diarahkan pada penciptaan kondisi yang menjamin kelangsungan
setiap upaya penanggulangan kemiskinan. Kondisi yang dimaksudkan antara lain
adalah suasana sosial politik yang tentram, ekonomi yang stabil dan budaya yang
berkembang.
2. Kebijaksanaan
langsung
Kebijaksanaan
langsung diarahkan kepada peningkatan peran serta dan produktifitas sumber daya
manusia ,khususnya golongan masyarakat berpendapatan rendah. Melalui penyediaan
kebutuhan dasar seperti sandang,pangan dan papan, kesehatan dan pendidikan,
serta pengembangan kegiatan – kegiaatan sosial ekonomi yang berkelanjutan untuk
mendorong kemandirian golongan masyarakat yang berpendapatan rendah.
Selain
dari pihak pemerintah, dari pihak masyarakaat yang bersangkutan pun juga
mengatasi kemiskinan di negeri ini ,langkah-langkah tersebut adalah :
1. Usaha
individu
Seseorang
boleh berusaha untuk menyelesaikan maslah kemiskinan yang dihadapinya oleh
dirinya. Pada lazimnya seseorang itu dapat mengatasi kemiskinan dirinya dengan
cara penerusan pendidikan ke jenjang yang tinggi.
2. Penyedekahan
Penyedekahan
merupakan saru cara yang baik untuk membantu golongan termiskin dalam
masyarakat .Tetapi ia tidak dapat mengatasi masalah kemiskinan secara keseluruhan.
3. Pembangunan
Ekonomi
Pembangunan
ekonomi dengan cara penambahan barang-barang dan perkhidmatan yang ditawarkan
dalam pasaran di sebuah negara, pembangunan ekonomi merupakan cara yang paling
berkesan untuk mengatasi masalah kemiskinan.
4. Pembangunan
Masyarakat
5. Pasaran
Bebas
Jika ada
pembangunan ekonomi ada pula pengurangan kemiskinan. Jika KDNK tumbuh dengan 1%
kemiskinan akan dikurangi dengan lebih kurang 1%.
Selain
dengan cara –cara diatas , kemiskinan juga dapat diatasi dengan cara sebagai
berikut :
1. Bantuan
kemiskinan atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi
bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan.
2. Bantuan
terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk
mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan termasuk
hukuman,pendidikan,kerja sosial,pencarian krja,dan lain-lain.
3. Persiapan
bagi yang lemah . daripada memaberikan bantuan secara langsung kepada orang
miskin ,banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang
dikategorikan sebagai oran g yang lebih miskin, seperti orang tua atau orang
dengan ketidakmampuan , atau keasdaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan
akan perawatan kesehatan.
Rendahnya
beberapa faktor di atas menyebabkan rendahnya aktivitas ekonomi yang dapat
dilakukan oleh masyarakat. Dengan rendahnya aktivitas ekonomi yang dapat
dilakukan berakibat pada rendahnya produktivitas dan pendapatan yang diterima
yang pada gilirannya pendapatan tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan fisik
minimum yang menyebabkan terjadinya proses kemiskinan.
Soal Bab V Kemiskinan dan Kesenjangan
1.1. Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan
a)
Faktor Eksternal
b)
Faktor Internal
c)
Semua Jawaban benar*
d)
Semua Jawaban salah
2.Intervensi jangka menengah dan panjang yang penting
adalah, kecuali :
a) Pembangunan/penguatan
sektor swasta
b) Kerja
sama regional
c) Manajemen
pengeluaran pemerintah (APBN) dan administrasi
d)
Mobilitas Sosial*
3. Sebutkan
penyebab kemiskinan secara macro menurut Koncoro...
a) kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola
kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan timpang,
penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah yang terbatas dan
kualitasnya rendah*
b) penyebab
struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari
struktur sosial
c) penyebab
keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga.
d) penyebab
individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari
perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin
4. Kemiskinan
merupakan produk dari interaksi teknologi, sumber daya alam dan modal, dengan
sumber daya manusia serta kelembagaan, merupakan definisi kemiskinan dari...
a) Pearce*
b) Mamcher
c) Castells
d) Rehcen
5 5. Faktor-faktor
Internal dari penyebab kemiskinan adalah...
a) Fisik,
Raga, Ego
b) Intelektual,
Mental,Spiritual *
c) Keterampilan,
Fisik, Raga
d) Asset,
Modal, Fisik
d
BAB VI PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH dan OTONOMI DAERAH
Otonomi daerah merupakan implementasi dari ketentuan yang tercantum dalam
Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang menyebutkan otonomi daerah sebagai
bagian dari sistem tata negara Indonesia dan pelaksanaan pemerintahan di
Indonesia. Ketentuan mengenai pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia tercantum
dalam pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebutkan bahwa:
“Pemerintahan daerah propinsi, daerah kabupaten, dan
kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan”.
Selanjutnya Undang-Undang
Dasar 1945 memerintahkan pembentukan UU Otonomi Daerah untuk mengatur mengenai
susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah, sebagaimana
disebutkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 ayat (7), bahwa:
“Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan
daerah diatur dalam undang-undang”.
Ketentuan tersebut diatas
menjadi payung hukum bagi pembentukan UU otonomi daerah di
Indonesia, sementara UU otonomi daerah menjadi dasar bagi pembentukan peraturan
lain yang tingkatannya berada di bawah undang-undang menurut hirarki atau tata
urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Otonomi daerah di Indonesia
dilaksanakan segera setelah gerakan reformasi 1998. Tepatnya pada tahun 1999 UU
otonomi daerah mulai diberlakukan. Pada tahap awal pelaksanaannya, otonomi
daerah di Indonesia mulai diberlakukan berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah. Setelah diberlakukannya UU ini, terjadi
perubahan yang besar terhadap struktur dan tata laksana pemerintahan di
daerah-daerah di Indonesia.
(sumber : http://otonomidaerah.com/uu-otonomi-daerah/)
2. Perubahan Penerimaan
Daerah Dan Peranan Pendapatan Asli Daerah
Perubahan atas
pendapatan, terutama PAD bisa saja berlatarbelakang perilaku oportunisme para
pembuat keputusan, khususnya birokrasai di SKPD dan SKPKD. Namun, tak jarang
perubahan APBD juga memuat preferensi politik para politisi di parlemen daerah
(DPRD). Anggaran pendapatan akan direvisi dalam tahun anggaran yang sedang
berjalan karena beberapa sebab, diantaranya karena (a) tidak
terprediksinya sumber penerimaan baru pada saat penyusunan anggaran, (b)
perubahan kebijakan tentang pajak dan retribusi daerah, dan (c)
penyesuaian target berdasarkan perkembangan terkini.
Ada beberapa kondisi
yang menyebabkan mengapa perubahan atas anggaran pendapatan terjadi, di
antaranya:
· Target pendapatan
dalam APBD underestimated (dianggarkan terlalu rendah).
· Alasan penentuan
target PAD oleh SKPD dapat dipahami sebagai praktik moral hazard yang
dilakukan agency yang dalam konteks pendapatan
adalah sebagai budget minimizer.
· Jika dalam APBD
“murni” target PAD underestimated, maka dapat “dinaikkan” dalam APBD
Perubahan untuk kemudian digunakan sebagai dasar mengalokasikan pengeluaran
yang baru untuk belanja kegiatan dalam APBD-P.
Kebijakan keuangan
daerah diarahkan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah sebagai sumber utama
pendapatan daerah yang dapat dipergunakan oleh daerah dalam melaksanakan
pemerintahan dan pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhannya guna
memperkecil ketergantungan dalam mendapatkan dana dan pemerintah tingkat atas
(subsidi). Dengan demikian usaha peningkatan pendapatan asli daerah seharusnya
dilihat dari perspektif yang Iebih luas tidak hanya ditinjau dan segi daerah
masing-masing tetapi daham kaitannya dengan kesatuan perekonomian Indonesia.
Pendapatan asli daerah itu sendiri, dianggap sebagai alternatif untuk
memperoleh tambahan dana yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan
pengeluaran yang ditentukan oleh daerah sendiri khususnya keperluan rutin. Oleh
karena itu peningkatan pendapatan tersebut merupakan hal yang dikehendaki
setiap daerah. (Mamesa, 1995:30)
Sebagaimana telah
diuraikan terlebih dahulu bahwa pendapatan daerah dalam hal ini pendapatan asli
daerah adalah salah satu sumber dana pembiayaan pembangunan daerah pada
Kenyataannya belum cukup memberikan sumbangan bagi pertumbuhan daerah, hal ini
mengharuskan pemerintah daerah menggali dan meningkatkan pendapatan daerah
terutama sumber pendapatan asli daerah.
Pendapatan Asli Daerah
(PAD) merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil
retribusi Daerah, basil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan
keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi
daerah sebagai mewujudan asas desentralisasi. (Penjelasan
UU No.33 Tahun 2004).
3. Pembangunan Ekonomi
Regional
Pembangunan ekonomi daerah
adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola
sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah
dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut.
(Lincolin Arsyad, 1999).
Tujuan utama dari usaha-usaha
pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya,
harus pula menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan
dan tingkat pengangguran. Kesempatan kerja bagi penduduk atau masyarakat akan
memberikan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Todaro, 2000).
Masalah pokok dalam pembangunan
daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan
yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan
potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal
(daerah). Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif
yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk mencipatakan
kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi.
Setiap upaya pembangunan
ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis
peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan
tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama
mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu pemerintah daerah
berserta pertisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumber daya-sumber
daya yang ada harus mampu menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk
merancang dan membangun perekonomian daerah.
Pembangunan ekonomi nasional
sejak PELITA I memang telah memberi hasil positif bila dilihat pada tingkat
makro. Tingkat pendapatan riil masyarakat rata-rata per kapita mengalami
peningkatan dari hanya sekitar US$50 pada pertengahan dekade 1960-an menjadi
lebih dari US$1.000 pada pertengahan dekade 1990-an. Namun dilihat pada tingkat
meso dan mikro, pembangunan selama masa pemerintahan orde baru telah
menciptakan suatu kesenjangan yang besar, baik dalam bentuk personal income,
distribution, maupun dalam bentuk kesenjangan ekonomi atau pendapatan antar
daerah atau provinsi.
4. Faktor-Faktor Penyebab
Ketimpangan
Secara umum faktor-faktor
utama penyebab terjadinya ketimpangan ekonomi antar provinsi di Indonesia
diuraikan sebagai berikut :
1. Konsentrasi
kegiatan ekonomi yang tinggi di daerah tertentu merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan terjadinya ketimpangan pembangunan antar daerah. Ekonomi dari
daerah dengan konsentrasi kegiatan ekonomoi tinggi cenderung tumbuh pesat,
sedangkan daerah dengan tingkat konsentrasi ekonomi rendah akan cenderung
mempunyai tingkat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah.
Ada dua (2) masalah
utama dalam pembangunan ekonomi nasional selama ini. Yaitu : terutama Jawa,
dengan berbagai alasan ekonomis maupun politis atau strategis. Dua, yang
dimaksud dengan efek menetes ke bawah tersebut tidak terjadi atau prosesnya
lambat. Hal terakhir ini disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu :
1. Sebagian
besar input untuk berproduksi di impor dari luar, bukanya di supali dari dari
daerah. Oleh karena itu, keterkaitan produksi ke belakang atau keterkaitan
produksi antara industry hilir (downstream industry) di Jawa dan industry hulu
(upstream industry) di luar Jawa sangat lemah.
2. Sektor-sektor
primer di daerah-daerah luar Jawa melakukan ekspor tanpa memprosesnya terlebih
dahulu untuk mendapatkan nilai mendapatkan nilai tambah atau kalau memprosesnya
terlebih dahulu di pulau Jawa sehingga Jawa yang menikmati nilai tambahnya.
3. Kegiatan
ekspor yang bersumber dari daeah di luar Jawa (baik primer maupun dari industry
hulu atau midstream industry) pada hasil ekspor lebih banyak dinikmati oleh
Jawa.
Jadi, kurang berkembangnya sector
industry manufaktur di luar Jawa merupakan salah satu penyebab kesenjagan
ekonomi antar Jawa dan wilayah di luar Jawa. Sedangkan faktor-faktor yang
menyebabkan sebagian besar industry penting di Indonesia, dalam arti
kontriusinya yang besar terhadap pembentukan atau pertumbuhan PDB dan
kesempatan kerja, tidak berada di luar Jawa karena keterbatasan-keterbatasan di
kawasan tersebut, seperti pasar local kecil, infrastruktur terbatas, dan kurang
sumber daya manusia; walaupun banyak provinsi di wilayah tersebut, seperti DI
Aceh, Riau, Kalimantan, dan Irian Jaya, memiliki sumber daya yang cukup.
2. Alokasi
Investasi
Indikator lain yang
juga menunjukkan pola serupa seperti pola distribusi nilai tambah (NT) industry
antar provinsi adalah distribusi investasi langsung, baik yang bersumber dari
luar negeri (penanaman modal asing-PMA) maupun dari dalam negeri (penanaman
modal dalam negeri-PMDN). Berdasarkan teori pertumbuhan ekonomi dari
Harrod-Domar yang menerangkan adanya korelasi positif antara tingkat investasi
dan laju pertumbuhan ekonomi, dapat dikatakan bahwa kurangnya investasi di
suatu wilayah membuat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan masyarakat per
kapita di wilayah tersebut rendah karena tidak ada kegiatan-kegiatan ekonomi
yang produktif, seperti industry manufaktur.
3. Tingkat
Mobilitas Faktor Produksi yang Rendah antar Daerah
Kurang lancarnya
mobilitas faktor produksi, seperti tenaga kerja dan capital, antar provinsi
juga merupakan terjadinya ketimpangan ekonomi regional. Dasar teorinya adalah
sebagai berikut. Perbedaan laju pertumbuhan ekonomi antar provinsi membuat
terjadinya perbedaan tingkat pendapatan per kapita antar provinsi sejak
perbedaan tersebut, dengan asumsi bahwa mekanisme pasar output dan iput bebas
(tanpa distorsi yang direkayasa, misalnya sebagai akibat dari suatu kebijakan
pemerintah), mempenagruhi mobilitas atau re alokasi faktor produksi antar
provinsi. Sesuai teori dari A. Lewis yang dengan unlimited supply of labor,
jika perpindahan faktor produksi antar daerah tidak ada hambatan, maka pada
akhirnya pembangunan ekonomi yang optimal antar daerah akan tercapai dan semua
daerah akan lebih baik (dalam pengertian Pareto optimal: semua daerah mengalami
better off).
4. Perbedaan
Sumber Daya Alam (SDA) Antar Provinsi
Dasar pemikiran
“klasik” sering mengatakan bahwa pembangunan ekonomi di daerah yang kaya sumber
daya alam akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingkan di daerah
yang miskin sumber daya alamnya. Dalam arti sumber daya harus dilihat hanya
sebagai modal awal untuk pembangunan, yang selanjutnya harus dikembangkan
terus. Untuk maksud ini diperlukan faktoro-faktor lain, diantaranya yang sangat
penting adalah teknologi dan sumber daya manusia.
Jadi, dengan semakin
pentingnya penguasaan teknologi dan peningkatan sumber daya manusia, faktor
endowments lambat laun akan tidak relevan lagi. Bukti menunjukkan bahwa
Negara-negara naju di Asia Tenggara dan Timur, seperti, Jepang, Korea Selatan,
Taiwan , dan Singapura, adalah Negara-negara yang sangat miskin sumber daya
alam. Pengalaman mereka menujukkan bahwa faktor-faktor di luar sumber daya alam
jauh lebih penting dalam menentukan maju tidaknya pembangunan ekonomi di suatu
wilayah.
5. Perbedaan
Kondisi Demografis Antar Wilayah
Ketimpangan
ekonomi regional di Indonesia, disebabkan oleh perbedaan kondisi demografis
antar provinsi, terutama dalam hal jumlah dan pertumbuhan penduduk, tingkat
kepadatan penduduk, pendidikan, kesehatan, disiplin masyarakat, dan etos kerja.
Faktor-faktor ini mempengaruhi tingkat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
lewat sisi permintaan dan sisi penawaran. Dari sisi permintaan, jumlah penduduk
yang besar merupakan potensi besar bagi pertumbuhan pasar, yang berarti faktor
pendorong bagi pertumbuhan kegiatan-kegiatan ekonomi. Dari sisi penawaran,
jumlah populasi yang besar dengan pendidikan dan kesejahteraan yang baik,
disiplin yang tinggi, dan etos kerja yang tinggi merupakan asset penting bagi
produksi.
6. Kurang
Lancarnya Perdagangan Antar Provinsi
Kurang lancarnya
perdagangan antar daerah (intra-regional trade) juga merupakan unsure yang
turut menciptakan ketimpangan ekonomi regional di Indonesia. Ketidaklancaran
tersebut disebabkan terutama oleh keterbatasan transportasi dan komunikasi.
Perdagangan antar provinsi meliputi barang jadi, barang modal, input perantara,
bahan baku, material-material lainnya untuk produksi, dan jasa. Jadi, tidak
lancarnya arus barang dan jasa antar daerah pembangunan dan pertumuhan
ekonomi suatu provinsi lewat sisi permintaan dan sisi penawaran. Dari sisi
permintaan, kelangkaan barang dan jasa untuk konsumen mempengaruhi permintaan
pasar terhadap kegiatan-kegiatan ekonomi local yang sifatnya komplementer
dengan barang dan jasa tersebut (misalnya antara pembelian motor yang diimpor
dari provinsi lain dan permintaan terhadap topi pengaman (helm) yang diproduksi
local) atau yang sifatnya pendukung (misalnya bengkel atau jasa reparasi
motor). Sedangkan dari sisi penawaran, sulitnya mendapatkan barang modal,
seperti mesin dan alat-alat transportasi, input perantara, dan bahan baku atau
material lainnya, dapat menyebabkan kegiatan ekonomi di suatu provinsi lumpuh
atau tidak beroperasi secara optimal, yang selanjutnya berarti pertumbuhan
ekonomi dan tingkat pendapatan per kapita provinsi tersebut rendah
5. Pembangunan Indonesia
Bagian Timor
1. Kasus Pembangunan Indonesia Bagian Timur
Hasil pembangunan ekonomi
nasional selama pemerintahan orde baru menunjukkan bahwa walaupun secara
nasional laju pertumbuhan ekonomi nasional rata-rata per tahun tinggi namun
pada tingkat regional proses pembangunan selama itu telah menimbulkan suatu
ketidak seimbangan pembangunan yang menyolok antara indonesia bagian barat dan
indonesia bagian timur. Dalam berbagai aspek pembangunan ekonomi dan sosial,
indonesia bagian timur jauh tertinggal dibandingkan indonesia bagian barat.
Tahun 2001 merupakan tahun
pertama pelaksanaan otonomi daerah yang dilakukan secara serentak diseluruh
wilayah indonesia. Pelaksanaan otonomi daerah diharapakan dapat menjadi suatu
langkah awal yang dapat mendorong proses pembangunan ekonomi di indonesia
bagian timur yang jauh lebih baik dibanding pada masa orde baru. Hanya saja
keberhasilan pembangunan ekonomi indonesia bagian timur sangat ditentukan oleh
kondisi internal yang ada, yakni berupa sejumlah keunggunlan atau kekeuatan dan
kelemahan yang dimiliki wilayah tersebut.
2. Keunggulan wilayah
Indonesia Bagian Timur
Keunggulan atau
kekeuatan yang dimiliki Indonesia bagian timur adalah sebagai berikut:
1. Kekayaan sumber daya alam
2. Posisi geografis yang strategis
3. Potensi lahan pertanian yang cukup luas
4. Potensi sumber daya manusia
Sebenarnya dengan
keunggulan-keunggulan yang dimiliki indonesia bagian timur tersebut, kawasan
ini sudah lama harus menjadi suatu wilayah di Indonesia dimana masyarakatnya
makmur dan memiliki sektor pertanian, sektor pertambangan, dan sektor industri
manufaktur yang sangat kuat. Namun selama ini kekayaan tersebut disatu pihak
tidak digunakan secara optimal dan dipihak lain kekayaan tersebut dieksploitasi
oleh pihak luar yang tidak memberi keuntungan ekonomi yang berarti bagi
indonesia bagian timur itu sendiri.
3. Kelemahan Wilayah
Indonesia Bagian Timur
Indonesia bagian timur
juga memiliki bagian kelemahan yang membutuhkan sejumlah tindakan pembenahan
dan perbaikan. Kalau tidak, kelemahan-kelemahan tersebut akan menciptakan
ancaman bagi kelangsungan pembangunan ekonomi di kawasan tersebut. Kelemahan
yang dimiliki Indonesia bagian timur diantaranya adalah:
1. Kualitas sumber daya manuasia yang masih rendah
2. Keterbatasan sarana infrastruktur
3. Kapasitas kelembagaan pemerintah dan publik masih lemah
4. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan masih rendah
6. Teori Dan Analisis
Pembangunan Ekonomi Daerah
Ada sejumlah teori
yang dapat menerangkan kenapa ada perbedaan dalam tingkat pembangunan ekonomi
antardaerah diantaranya yang umum di gunakan adalah teori basis ekonomi,teori
lokasi dan teori daya tarik industri.
1. Teori pembangunan
ekonomi daerah
a. Teori basis ekonomi
Teori basis ekonomi
menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah
berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah.
b. Teori lokasi
Teori lokasi juga
sering digunakan untuk penentuan atau pengembangan kawasan industri di suatu
dareah. Inti pemikiran dari teori ini didasarkan pada sifat rasional
pengusaha/perusahaan yang cenderung mencari keuntungan setinggi mungkin dengan
biaya serendah mungkin oleh karena itu , pengusaha akan memilih lokasi usaha
yang memaksimalkan keuntungannya dan meminimalisasikan biaya usaha atau
produksinya, yakni lokasi yang dekat dengan tempat bahan baku dan pasar.
c. Teori daya tarik
industry
Dalam upaya
pembangunan ekonomi daerah di Indonesia sering di pertanyakan. Jenis – jenis
industri apa saja yang tepat untuk dikembangkan (diunggulkan) ? Ini adalah
masalah membangun fortofolio industri suatu daerah.
2. Model analisis
pembangunan daerah
Selain teori-teori di
atas, ada beberapa metode yang umum digunakan untuk menganalisi posisi relative
ekonomi suatu daerah; salah satu di antaranya adalah metode analisis
shift-share (SS), location questitens, angka pengganda pendapatan , analisis
input output (i-o) ,dan model perumbuhan Harold-domar. Berikut adalah sebagian
penjelasan dari model analisis dalam pembagunaan daerah.
a. Analisis SS
Dengan pendekatan
analisis ini ,dapat di analisis kinerja perekonomian suatu daerah dengan
membandingkannya dengan daerah yang lebih besar ( nasional).
b. Location Quotients
(LQ)
Yaitu untuk mengukur
konsentrasi dari suatu kegiatan ekonomi atau sector di suatu daerah dengan cara
membandingkan peranannya adalah perekonomian daerah tersebut dengan peranan
dari kegiatan ekonomi atau sektor yang sampai di tingkat yang sama.
c. Angka Pengganda
Pendapatan
Metode ini umum digunakan
untuk mengukur potensi kenaikan pendapatan suatu daerah dari suatu kegiatan
ekonomi yang baru atau peningkatan output dari suatu sektor di daerah tersebut.
d. Analisis Input-Output
(I-O)
Analisis I-O merupakan
salah satu metode analisis yang sering digunakan untuk mengukur perekonomian
suatu daerah dengan melihat keterkaitan antarsektor dalam usaha memahami
kompleksitas perekonomian daerah tersebut, serta kondisi yang diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan antara AS dan AD.
Soal Bab VI Pembangunan Ekonomi Daerah Dan Otonomi
Daerah
1.
faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan
langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah merupakan
pernyataan..
a) Teori basis ekonomi*
b) Teori Y dan P
c) Teori alam
d) Teori akrual
2. Kelemahan yang dimiliki Indonesia
bagian timur diantaranya adalah:
a) Kualitas sumber daya manuasia yang masih rendah
b) Keterbatasan sarana infrastruktur
c) Kapasitas kelembagaan pemerintah dan publik masih lemah
d) Semua
jawaban benar*
3. Apa
penyebab anggaran pendapatan akan direvisi dalam tahun anggaran yang sedang
berjalan, Kecuali...
a) dianggarkan
terlalu rendah *
b) tidak
terprediksinya sumber penerimaan baru pada saat penyusunan anggaran
c) penyesuaian
target berdasarkan perkembangan terkini
d) perubahan
kebijakan tentang pajak dan retribusi daerah
4. Dibawah
ini yang bukan faktor penyabab Ketimpangan adalah...
a) alokasi investasi
b) demografis yang sama *
c) tingkat mobilitas
d) perbedaan SDA antar provinsi
5. Apa
keunggulan dari Wilayah Indonesia bagian Timor..
a) Keterbatasan sarana
infrastruktur \
b) Kapasitas
kelembagaan pemerintah dan publik masih lemah
c) Partisipasi
masyarakat dalam pembangunan masih rendah
d) Semua salah*
VII. Sektor Pertanian
1. Sektor Pertanian Di
Indonesia
Sektor pertanian
sebagai salah satu sektor pendukung perekonomian Indonesia merupakan sektor
yang relative lebih tahan dan lebih fleksibel terhadap krisis ekonomi
dibandingkan sektorsektor lainnya karena lebih mengandalkan pemanfaatan
sumberdaya domestik daripada komponen impor.
Berdasarkan IT dan IB
tersebut diperoleh nilai tukar petani (NTP) untuk bulan Januari 2003. NTP
Provinsi Jawa Barat dan DI. Yogyakarta masingmasing naik menjadi 134,13 persen
dan 131,00 persen. Sedangkan NTP Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur menurun
menjadi 124,81 persen dan 118,25 persen.
2. Nilai Tukar Petani
1. Pengertian umum :
· NTP merupakan
indikator proxy kesejahteraan petani
· NTP merupakan
perbandingan antara Indeks harga yg diterima petani (It) dengan Indeks harga yg
dibayar petani (Ib).
2. Arti Angka NTP :
· NTP > 100, berarti
petani mengalami surplus. Harga produksi naik lebih besar dari kenaikan harga
konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya.
· NTP = 100, berarti
petani mengalami impas. Kenaikan/penurunan harga produksinya sama dengan
persentase kenaikan/penurunan harga barang konsumsi. Pendapatan petani sama
dengan pengeluarannya.
· NTP< 100, berarti
petani mengalami defisit. Kenaikan harga produksi relatif lebih kecil
dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya. Pendapatan petani turun,
lebih kecil dari pengeluarannya.
3. Kegunaan dan Manfaat
· Dari Indeks Harga Yang
Diterima Petani (It), dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang yang
dihasilkan petani. Indeks ini digunakan juga sebagai data penunjang dalam
penghitungan pendapatan sektor pertanian.
· Dari Indeks Harga Yang
Dibayar Petani (Ib), dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang yang
dikonsumsi oleh petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat di
pedesaan, serta fluktuasi harga barang yang diperlukan untuk memproduksi hasil
pertanian. Perkembangan Ib juga dapat menggambarkan perkembangan inflasi di
pedesaan.
· NTP mempunyai kegunaan
untuk mengukur kemampuan tukar produk yang dijual petani dengan produk yang
dibutuhkan petani dalam produksi dan konsumsi rumah tangga.
· Angka NTP menunjukkan
tingkat daya saing produk pertanian dibandingkan dengan produk lain. Atas dasar
ini upaya produk spesialisasi dan peningkatan kualitas produk pertanian dapat
dilakukan.
4. Cakupan
Komoditas
· Sub Sektor Tanaman
Pangan seperti: padi, palawija
· Sub Sektor
Hortikultura seperti : Sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias & tanaman
obat-obatan
· Sub Sektor Tanaman
Perkebunan Rakyat (TPR) seperti: kelapa, kopi robusta, cengkeh, tembakau, dan
kapuk odolan. Jumlah komoditas ini juga bervariasi antara daerah
· Sub Sektor Peternakan
seperti : ternak besar (sapi, kerbau), ternak kecil (kambing, domba, babi,
dll), unggas (ayam, itik, dll), hasil-hasil ternak (susu sapi, telur, dll)
· Sub Sektor Perikanan,
baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya.
(sumber : http://www.bps.go.id/Subjek/view/id/22)
3. Investasi Di Sektor
Pertanian
Investasi
di sector pertanian tergantung :
· Laju pertumbuhan output
· Tingkat
daya saing global komoditi pertanian
Investasi:
· Langsung => Membeli mesin
· Tdk Langsung => Penelitian
& Pengembangan
Hasil penelitian:
· Supranto (1998) => laju
pertumbuhan sektor ini rendah, karena PMDN & PMA serta kerdit yg mengalir
kecil. Hal ini karena resiko lebih tinggi (gagal panen) dan nilai tambah lebih
kecil di sektor pertanian.
Tabel 7.1 Investasi di sektor
pertanian & industri manufaktur (Rp milyar) 1993-96
Sektor
|
1993
|
1994
|
1995
|
1996
|
Pertanian
|
2.735
|
4.545
|
7.128
|
15.284
|
Manufaktur
|
24.032
|
31.922
|
43.342
|
59.218
|
· Simatupang (1995) =>
kredit perbankan lebih byk megalir ke sektor non pertanian & jasa dibanding
ke sektor pertanian.
Tabel 7.2 Kredit Perbankan di sektor
pertanian & industri manufaktur (Rp milyar) 1993-96
Penurunan
ini disebabkan ROI sector pertanian +/- 15 %,shg tdk menarik.
Sektor
|
1993
|
1994
|
1995
|
1996
|
||
Pertanian
|
7.846
|
8.956
|
9.841
|
11.010
|
||
Manufaktur
|
11.346
|
13.004
|
15.324
|
15.102
|
||
4. Keterkaitan Pertanian
Dengan Industri Manufaktur
Salah satu penyebab krisis ekonomi =>
kesalahan industrialisasi yg tidak berbasis pertanian. Hal ini terlihat bahwa
laju pertumbuhan sector pertanian (+) walaupu kecil, sedangkan industri
manufaktur (-). Jepang, Taiwan & Eropa dlm memajukan industri manufaktur
diawali dg revolusi sector pertanian.
Alasan sector pertanian harus kuat dlm proses
industrialisasi:
· Sektor pertanian kuat =>
pangan terjamin => tdk ada lapar=> kondisi sospol stabil
· Sudut Permintaan =>
Sektor pertanian kuat => pendapatan riil perkapita naik =>
permintaan oleh petani thd produk industri manufaktur naik berarti industri
manufaktur berkembang & output industri menjadi input sektor pertanian
· Sudut
Penawaran => permintaan produk pertanian sbg bahan baku oleh
industri manufaktur.
Kelebihan
output siktor pertanian digunakan sbg sb investasi sektor industri manufaktur
spt industri kecil dipedesaan.
Kenyataan di
Indonesia keterkaitan produksi sektor pertanian dam industri manufaktur sangat
lemah dan kedua sektor tersebut sangat bergantung kepada barang impor.
Soal Bab VII Sektor Pertanian
1. Apa
kegunaan NTP...
a) mengukur
kemampuan tukar produk yang dijual petani dengan produk yang dibutuhkan petani
dalam produksi dan konsumsi rumah tangga *
b) meningkatkan
daya saing produk pertanian
c) peningkatan
kualitas produk pertanian
d) perubahan
kebijakan tentang produk dan retribusi petani
2. Apa
manfaat keberadaan sektor pertanian di indonesia...
a) Sektor
yang kurang fleksibel dan salah satu sektor pendukung
b) Mengandalkan
pemanfaatan sumberdaya komponen impor
c) Sektor yang relative
lebih tahan dan lebih fleksibel terhadap krisis ekonomi *
d) Sektor
pertanian sebagai salah satu sektor utama perekonomian Indonesia
3. NTP >
100, berarti..
a) Mengalami surplus*
b) Mengalami Impas
c) Mengalami Putus
d) Mengalami Defisit
4. Dibawah
ini yang bukan cakupan komoditas nilai tukar petani adalah...
a) Sektor
Hortikultura
b) Sektor
Tanaman Pangan
c) Sektor
Peternakan
d) Sektor
Perkebunan *
5. Apa
yang di perhatikan saat investasi di sektor pertanian, Kecuali...
a) Kualitas
pemasukan *
b) Meningkatnya
pendapatan
c) Tingkat daya saing global komoditi pertanian
d) Laju pertumbuhan output
VIII. Industri Di Indonesia
1. Konsep Dan Tujuan
Industrilialisasi
Industrialisasiè suatu proses
interkasi antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan
dunia untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendorong perubahan
struktur ekonomi.
Industrialisasi merupakan salah satu
strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan ekonomi. Hanya beberapa
Negara dengan penduduk sedikit & kekayaan alam meilmpah seperti Kuwait
& libya ingin mencapai pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.
(sumber : kuswanto.staff.gunadarma.ac.id)
2. Faktor-Faktor
Pendorong Industrilialisasi
Faktor pendorong
industrialisasi (perbedaan intesitas dalam proses industrialisasi antar negara)
:
a) Kemampuan teknologi dan inovasi
b) Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita
c) Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri. Negara
yang awalnya memiliki industri dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia,
dan industri tengah seperti mesin alat produksi akan mengalami proses
industrialisasi lebih cepat
d) Besar pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat
pendapatan dan jumlah penduduk. Indonesia dengan 200 juta orang menyebabkan
pertumbuhan kegiatan ekonomi
e) Ciri industrialisasi yaitu cara pelaksanaan
industrialisasi seperti tahap implementasi, jenis industri unggulan dan
insentif yang diberikan.
f) Keberadaan SDA. Negara dengan SDA yang besar cenderung
lebih lambat dalam industrialisasi
g) Kebijakan/strategi pemerintah seperti tax holiday dan
bebas bea masuk bagi industri orientasi ekspor.
(sumber : kuswanto.staff.gunadarma.ac.id)
3. Perkembangan Sektor
Industri Manufaktur Nasional
Industri
diklasifikasikan:
a) Industri primer/hulu yaitu mengolah output dari sektor
pertambangan (bahan mentah) menjadi bahan baku siap pakai untuk kebutuhan
proses produksi pada tahap selanjutnya
b) Industri sekunder/manufaktur yang mencakup: industri
pembuat modal (mesin), barang setengah jadi dan alat produksi, dan industri
hilir yang memproduksi produk konsumsi
A. Pertumbuhan output.
Pertumbuhan output
yang tinggi disebabkan oleh permintaan eksternal yang tinggi. Pertumbuhan PDB 3
sektor penting di LDCs sebagai berikut:
Sumber Utama
Pertumbuhan PDB menurut Tiga Sektor di Negara Berkembang 1970 -1995 (%)
Sektor
|
Laju Pertumbuhan Rata rata
|
Pangsa dari Kontribusi thd
Pertumbuhan PDB
|
||||||
Pertanian
|
2,7
|
3,4
|
2,4
|
2,9
|
10,5
|
16
|
8,2
|
13,9
|
Manufaktur
|
6,8
|
4,6
|
6,9
|
5,9
|
21,3
|
26
|
32,1
|
22,9
|
Jasa
|
6,3
|
3,6
|
4,5
|
4,9
|
50,3
|
49,4
|
46,4
|
47,6
|
PDB
|
5,7
|
3,5
|
4,7
|
4,6
|
100
|
100
|
100
|
100
|
§ Laju pertumbuhan
output rata rata pertahun untuk sektor manufaktur (22,9 %) lebih tinggi dari
pertanian (13,9%) periode 1970 – 1995.
§ Kontribusi thd
pertumbuhan PDB 1970 – 1980 (21,3 %) & 1990 – 1995 (32,1%)
§ Pertmbuhan output
sektor manufaktur karena permintaan eksternal èekspor tinggi
Sumber Utama Pertumbuhan PDB menurut
Tiga Sektor di Negara Asia Timur & Tenggara 1970 -1995 (%)
Sektor
|
Laju Pertumbuhan Rata rata
|
Pangsa dari Kontribusi thd
Pertumbuhan PDB
|
||||||
Pertanian
|
1,9
|
3,2
|
3,3
|
2,7
|
23,6
|
22,4
|
22,1
|
26,2
|
Manufaktur
|
4,3
|
6,9
|
4,6
|
5,4
|
15,5
|
17,2
|
15,9
|
15,0
|
Jasa
|
4,3
|
6,2
|
5,1
|
5,2
|
49,4
|
49,4
|
52,7
|
46,1
|
PDB
|
3,3
|
5,3
|
4,5
|
4,3
|
100
|
100
|
100
|
100
|
§ Laju pertumbuhan
PDB wilayah ini rata rata pertahun 7,4% periode 1970 – 1995 lebih tinggi dari
pertumbuhan PDB dunia 2,9 % dan laju pertumbuhan PDB negara berkembang 4,6 %
Tingkat
perkembangan industri manufaktur dapat dilihat dari pendalaman struktur
industri itu sendiri. Struktur industri:
1. Ragam produk è barang konsumsi, sederhana, barang konsumsi dg
kandungan teknologi yanglebih canggih, barang modal,
2. Intensitas pemakain faktor produksiè barang dengan
padat karya dan barang dengan padat modal
3. Orinetasi pasar è barang domestik & barang ekspor
B. Pendalaman Struktur Industri.
Pembangunan ekonomi
jangka panjang dapat merubah pusat kekuatan ekonomi dari pertanian menuju
industri dan menggeser struktur industri yang memiliki keunggulan kompetitif
dan komparatif.
Perubahan struktur
industri disebabkan oleh
a) Penawaran aggregatè perkembangan teknolgi, kualitas SDM, inovasi
material baru untuk produksi
b) Permintaan aggregatè peningkatan pendapatan perkapita yang mengubah
volume & pola konsumsi
Distribusi PDB Per
Sektor pada Harga Konstan 1983 -1998 (Milyar Rupiah)
Sektor
|
1983
|
Harga Konstan 1993
|
|||||
1993
|
1994
|
1995
|
1996
|
1997
|
1998
|
||
Primer:
1. Pertanian
2. Pertambangan
|
33,872
17,765
16,107
|
90,460
58,963
16,107
|
92,553
59,291
31,497
|
97,387
61,885
33,262
|
101,567
63,828
35,502
|
103,006
64,478
37,739
|
102,341
64,988
38,538
|
Sekunder:
1. Manufaktur
2. Listrik, gas & Air
3. Konstruksi
|
14.807
9,896
314
4,597
|
99,359
73,556
3,290
22,513
|
112,210
82,649
3,703
25,585
|
125,127
91,637
4,292
29,198
|
140,061
102,260
4,877
32,914
|
148,456
107,630
5,480
35,346
|
121,465
94,848
5,582
21,035
|
Tersier:
1. Perdag, Hotel,
Restoran
2. Transportasi &
Komunikasi
3. Bank & Keuangan
4.
Penyewaan & Real
Estate
5. Jasa
Lainnya
|
28,944
11,419
4,098
2,359
2,356
8,712
|
139,956
55,298
23,249
14,005
9,695
37,709
|
149,880
59,504
25,189
15,945
10,087
39,155
|
161,279
64,231
27,329
18,109
10,643
40,967
|
172,170
69,475
29,701
18,887
11,266
42,841
|
181,785
73,524
31,783
19,956
11,826
44,696
|
152,246
60,253
26,975
13,173
9,476
42,369
|
PDB
|
77,623
|
329,776
|
354,641
|
383,792
|
413,797
|
433,246
|
376,051
|
§ Sejak th 1983 -1990
Sektor primer turun, sedangkan sector sekunder & tersier meningkat
§ Dekade 1980, Pangsa PDB sector primer lebih tinggi
dari industri manufaktur
§ 1990 Pangsa PDB sector manufakturlebih tinggi dari
sektor premier
§ Lju pertumbuhan sektor primer lebih lambat dari sektor
sekunder dan tersier
Pertumbuhan PDB
pada Harga Konstan 1995 -1998 (%)
Sektor
|
Harga Konstan 1993
|
|||
1995
|
1996
|
1997
|
1998*)
|
|
1.
Pertanian
2.
Pertambangan
3.
Manufaktur
4. Listrik
Gas & Air
5. Konstruksi
6. Perdag, Hotel,
Restoran
7. Transportasi &
Komunikasi
8. Bank
& Keuangan
9. Jasa
Lainnya
|
4,38
6,74
10,88
15,91
12,92
7,94
8,5
11,04
3,27
|
3
5,82
11,59
12,78
12,76
8
8,68
9
3,4
|
0,72
1,71
6,42
12,75
6,43
5,8
8,31
6,45
2,84
|
0,22
-4,16
-12,88
3,7
39,74
18,95
12,8
26,74
4,71
|
PDB
|
8,22
|
7,98
|
4,71
|
13,68
|
PDB tanpa
Migas
|
9,24
|
8,34
|
5,45
|
14,78
|
*) Angka Sementara
§ Tahun 1995 Pertumbuhan
PDB 4,38 % dan th 1998 menurun sampai menjadi 0,22% sebagai akibat krisis
§ Listrik Gas
& Air mampu bertahan thd krisis
§ Pertanian tetap tumbuh
karena ekspor mengalami pertumbuhan positif sebagai akibat
dari kurs rupah yang jatuh, shg harga produk murah
Berdasarkan analisis tingkat pendalaman struktur
industri:
§ Orientasi perkembangan industri manuafktur di
Indonesia masih pada barang
konsumsi sederhana seperti makanan,
minuman pakaian jadi sampail bambu, rotan & kayu
§ Sisi permintaan aggergat, pasar domestik barang
konsumsi berkembang pesat
seiring laju penduduk & peningkatan pendapatan
masyarakat per kapita
§ Sisi penawaran aggregat, Sarana dan prasarana
menunjang untuk produksi
barang konsumsi tersebut dibandingkan barang modal
§ Aspek teknolgi, kandungan teknologi barang konsumsi
lebih rendah
C. Tingkat Teknologi produk manufaktur.
Teknologi yang
digunakan dalam industri manufaktur mencakup:
a) Tekonolgi tinggi mencakup: komputer, obat-obatan,
produk elektronik, alat komunikasi dan sebagainya
b) Teknologi sedang mencakup: plastik, karet, produk
logam sederhana, penyulingan minyak, produk mineral bukan logam
c) Teknolgi rendah mencakup: kertas, percetakan, tekstil,
pakaian jadi, minuman, rokok, dan mebel
Tingkat Teknologi produksi manufaktur beberapa negara
Negara
|
Tek. Tinggi
|
Tek. Sedang
|
Tek. Rendah
|
|||
1985
|
1997
|
1985
|
1997
|
1985
|
1997
|
|
Taiwan
|
33
|
52
|
34
|
31
|
33
|
17
|
Korsel
|
36
|
53
|
30
|
29
|
34
|
18
|
Malaysia
|
34
|
51
|
30
|
30
|
36
|
19
|
Filipina
|
23
|
38
|
19
|
20
|
58
|
42
|
Indonesia
|
15
|
28
|
47
|
25
|
38
|
47
|
India
|
33
|
40
|
30
|
29
|
37
|
31
|
Polandia
|
30
|
33
|
32
|
30
|
39
|
37
|
Argentina
|
34
|
30
|
19
|
22
|
47
|
48
|
Afrika Selatan
|
25
|
26
|
40
|
39
|
35
|
34
|
Pertumbuhan ekspor Indonesia
menurut intensitas FP.
Jumlah jenis produk
|
Jenis produk
|
Nilai ekspor (US$juta)
|
% Pertumbuhan
1995
|
|
1994
|
1995
|
|||
16
|
Padat SDA
|
12.604,8
|
14.617,4
|
16
|
11
|
Padat Karya dengan ketrampilan
rendah
|
8.028
|
8.606,5
|
9,7
|
7
|
Padat Karya dengan ketrampilan
tinggi
|
2.688,2
|
3.093,9
|
15,1
|
4
|
Padat teknologi tinggi
|
1.032,3
|
1.304,4
|
26,3
|
Kinerja Sektor
Manufaktur 1985-1997 (%)
Perub. Struktural
|
Pertumbahan Rata-Rata Per Tahun (%)
|
||||||
1985
|
1997
|
1999
|
1985-88
|
1989-93
|
1994-99
|
||
% NTM
% Manufaktur dalam Ekspor
|
11
14
|
23
47
|
23
47
|
NTM
EM
E4
|
12
33
36
|
22
27
28
|
12
7
1
|
NTM = Nilai tambah
manufaktur, EM = Ekspor manufaktur, E4 = Ekspor 4 produk unggulan: kayu lapis,
tekstil, pakaian jadi dan alas kaki.
§ Sebelum krisis
mengalami kenaikan
§ Selama krisis
mengalami penurunan
Struktur Output
Asean1980-1995 (%)
Negara
|
Nilai Tambah dari PDB
|
|||||
Pertanian
|
Industri Manufaktur
|
Jasa
|
||||
1980
|
1995
|
1980
|
1995
|
1980
|
1995
|
|
Indonesia
|
24
|
16
|
13
|
24
|
34
|
41
|
Malaysia
|
22
|
13
|
21
|
3
|
40
|
44
|
Filipina
|
25
|
22
|
26
|
23
|
36
|
46
|
Myanmar
|
47
|
63
|
10
|
7
|
41
|
28
|
Singapura
|
1
|
0
|
29
|
27
|
61
|
64
|
Thailand
|
23
|
11
|
22
|
29
|
48
|
49
|
Vietnam
|
28
|
22
|
42
|
§ Kontribusi pembentukan PDB dari industri manufaktur
relative kecil dibanding
malaysia dan thailand
Pertumbuhan Output
Asean1980-1995 (%)
Negara
|
Nilai Tambah dari PDB
|
|||||
Pertanian
|
Industri Manufaktur
|
Jasa
|
||||
1980-90
|
1990-93
|
1980-90
|
1990-93
|
1980-90
|
1990-93
|
|
Indonesia
|
3,4
|
2,9
|
12,6
|
11,2
|
7
|
7,4
|
Malaysia
|
3,8
|
2,6
|
8,9
|
13,2
|
4,2
|
8,6
|
Filipina
|
1,0
|
1,6
|
0,2
|
1,8
|
2,8
|
2,7
|
Myanmar
|
0,5
|
5,1
|
-0,2
|
7
|
0,7
|
5,5
|
Singapura
|
-6,2
|
0,5
|
6,6
|
8,3
|
7,2
|
8,4
|
Thailand
|
24,0
|
3,1
|
9,5
|
11,6
|
7,3
|
7,8
|
D. Ekspor
Kinerja ekspor dapat digunakan untuk
mengukur hasil pembangunan industry manufaktur.
Tingkat Ekspor Manufaktur dan Sahamnya
dalam Ekspor Total. (US$)
Ekspor Manufaktur per US1,000 dari PDB
|
% pangsa dalam ekspor total
|
|||||
1985
|
1997
|
%/TAHUN
|
1985
|
1997
|
BEDA
|
|
Thailand
|
69
|
267
|
12
|
38
|
71
|
33
|
Korsel
|
293
|
267
|
-1
|
91
|
91
|
0
|
Malaysia
|
136
|
611
|
13
|
27
|
77
|
50
|
Filipina
|
40
|
135
|
11
|
27
|
45
|
18
|
Indonesia
|
31
|
132
|
15
|
14
|
52
|
28
|
India
|
25
|
66
|
8
|
58
|
74
|
16
|
Polandia
|
102
|
138
|
3
|
63
|
73
|
10
|
Argentina
|
20
|
28
|
3
|
21
|
34
|
13
|
Afrika Selatan
|
Na
|
91
|
15
|
Na
|
58
|
-
|
E. Ketergantungan Impor
Ketergantungan terhadap impor juga
merupakan indicator keberhasilan pembangunan sector industry.
Saldo Neraca Perdagangan Manufaktur
Indonesia (US$ milyar)
Periode
|
Nilai ekspor
|
Nilai impor
|
Saldo
|
1975-1981
|
0,8
|
6,3
|
-5,5
|
1982-1984
|
1,8
|
10,3
|
-8,5
|
1985-1988
|
3,9
|
8,8
|
-4,9
|
1989-1993
|
13,4
|
18,6
|
-5,1
|
1994-1997
|
24,4
|
29,5
|
-5,1
|
1998-1999
|
27,2
|
16,9
|
10,3
|
(sumber : kuswanto.staff.gunadarma.ac.id)
4. Permasalahan
Industrilialisasi
Industri manufaktur
di LDCs lebih terbelakang dibandingkan di DCs, hal ini karena :
1.
|
Keterbatasan
teknologi
2. Kualitas Sumber daya Manusia
3. Keterbatasan dana pemerintah (selalu difisit) dan
sektor swasta
4. Kerja sama antara pemerintah, industri dan lembaga
pendidikan & penelitian masih rendah
Masalah dalam
industri manufaktur nasional:
1. Kelemahan struktural
§ Basis ekspor & pasar masih sempitè walaupun
Indonesia mempunyai banyak sumber daya alam & TK, tapi produk &
pasarnya masih terkonsentrasi:
a. terbatas pada empat produk (kayu lapis, pakaian jadi,
tekstil & alas kaki)
b. Pasar tekstil & pakaian jadi terbatas pada
beberapa negara: USA, Kanada, Turki & Norwegia
c. USA, Jepang & Singapura mengimpor 50% dari total
ekspor tekstil & pakaian jadi dari Indonesia
d. Produk penyumbang 80% dari ekspor manufaktur indonesia
masih mudah terpengaruh oleh perubahan permintaan produk di pasar terbatas
e. Banyak produk manufaktur terpilih padat karya
mengalami penurunan harga muncul pesaing baru seperti cina & vietman
f. Produk manufaktur
tradisional menurun daya saingnya sbg akibat factor internal seperti tuntutan
kenaikan upah
§ Ketergantungan impor
sangat tinggi
1990, Indonesia menarik banyak PMA untuk
industri berteknologi tinggi seperti kimia, elektronik, otomotif, dsb, tapi
masih proses penggabungan, pengepakan dan assembling dengan hasil:
a. Nilai impor bahan
baku, komponen & input perantara masih tinggi diatas 45%
b. Industri padat karya seperti tekstil, pakaian jadi
& kulit bergantung kepada impor bahan baku, komponen &
input perantara masih tinggi.
c. PMA sector manufaktur masih bergantung kepada suplai
bahan baku & komponen dari LN
d. Peralihan teknologi (teknikal, manajemen, pemasaran,
pengembangan organisasi dan keterkaitan eksternal) dari PMA masih
terbatas
e. Pengembangan produk dengan merek sendiri dan
pembangunan jaringan pemasaran masih terbatas
§ Tidak ada industri berteknologi menengah
a. Kontribusi industri berteknologi menengah (logam,
karet, plastik,
semen) thd
pembangunan sektor industri manufaktur menurun tahun 1985 -1997.
b. Kontribusi produk padat modal (material dari plastik,
karet, pupuk, kertas, besi & baja) thd ekspor menurun 1985 – 997
c. Produksi produk dg teknologi rendah berkembang pesat.
§ Konsentrasi regional
Industri mnengah
& besar terkonsentrasi di Jawa.
2. Kelemahan organisasi
§ Industri kecil & menengah masih terbelakangèproduktivtas rendahè Jumlah Tk masih banyak (padat Karya)
§ Konsentrasi Pasar
§ Kapasitas menyerap & mengembangkan teknologi masih
lemah
§ SDm yang lemah
(sumber : kuswanto.staff.gunadarma.ac.id)
5. Strategi Pembangunan
Sektor Industri
Startegi
pelaksanaan industrialisasi:
1. Strategi substitusi
impor (Inward Looking).
Bertujuan mengembangkan industri
berorientasi domestic yang dapat menggantikan produk
impor. Negara yang menggunakan strategi ini adalah Korea Taiwan
Pertimbangan
menggunakan strategi ini:
§ Sumber daya alam & Faktor produksi cukuo tersedia
§ Potensi permintaan dalam negeri memadai
§ Sebagai pendorong perkembangan industri manufaktur
dalam negeri
§ Kesempatan kerja menjadi luas
§ Pengurangan ketergantungan impor, shg defisit
berkurang
2. Strategi promosi
ekspor (outward Looking)
Beorientasi ke
pasar internasional dalam usaha pengembangan industri dalam negeri
yang memiliki keunggulan bersaing.
Rekomendasi agar
strategi ini dapat berhasil :
§ Pasar harus menciptakan sinyal harga yang benar yang
merefleksikan kelangkaan barang ybs baik pasar input maupun output
§ Tingkat proteksi impor harus rendah
§ Nilai tukar harus realistis
§ Ada insentif untuk peningkatan ekspor
(sumber : kuswanto.staff.gunadarma.ac.id)
Soal Bab VIII Industri di Indonesia
1. Pada abad keberapakah
terjadinya revolusi industri dunia...
a) Abad 6
b) Abad 5
c) Abad 8*
d) Tahun 2015
2. Apa faktor pendorong
industrilialisasi...
a) Berdasarkan pangsa pasar
b) Keberadaan SDA
c) Salah semua
d) Benar semua *
3. Teknologi yang digunakan dalam industri manufaktur
mencakup:
a) Tekonolgi tinggi mencakup: komputer, obat-obatan,
produk elektronik, alat komunikasi dan sebagainya
b) Teknologi sedang mencakup: plastik, karet, produk
logam sederhana, penyulingan minyak, produk mineral bukan logam
c) Teknolgi rendah mencakup: kertas, percetakan, tekstil,
pakaian jadi, minuman, rokok, dan mebel
d) Salah semua*
4. Faktor pendorong industrialisasi (perbedaan intesitas
dalam proses industrialisasi antar negara, kecuali
:
a) Kemampuan teknologi dan inovasi
b) Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita
c) Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri
d)
Menjalin hubungan bilateral*
5. Apa yang diperhatikan
saat perkembangan industri manufaktur...
a) Ragam produk
b) Intensitas pemakaian
faktor produksi
c) Orientasi pasar
d) Semua benar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar